SEMARANG,suaramerdeka.com- Seni tari yang berbasis kebudayaan Nusantara menjadi salah satu alat untuk memperekat kebhinekaan. Tari tidak hanya menjadi sarana hiburan, namun menjadi sarana ekspresi keberagaman yang mesti terus dikembangkan.
Demikian antara lain latar belakang penyelenggaraan peringatan Hari Tari Dunia (HTD) yang digelar Jurusan Seni Drama Tari dan Musik Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Kampung Budaya, kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Minggu (29/4). Peringatan HTD di Unnes menampilkan 60 tarian tradisi dan kreasi.
''Tari menjadi salah satu cara kita merawat kebhinekaan,'' ujar Ketua Panitia HTD Unnes, Udi Utomo, dalam sambutan pembukaannya.
Menurut Udi, tema yang diusung Unnes kali ini adalah ''Persembahan Tari Nusantara sebagai Wujud Persatuan Bangsa dalam Memperkuat dan Merekat NKRI''. Ia menilai tari menjadi bagian penting dari kebudayaan Nusantara karena kesenian ini terus berkembang di tengah masyarakat. Dalam acara-acara penting, tari menjadi suguhan yang dinanti tidak hanya milik kaum bangsawan maupun elit keraton, namun berkembang pada wilayah pesisir.
Dengan demikian, ada nilai-nilai dalam kesenian ini yang dihayati oleh masyarakat. Mengingat posisi yang demikian, ia mendorong agar seni tari terus dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya, baik sebagai sarana edukasi, penyebaran nilai luhur, maupun hiburan.
Hadir dalam pembukaan HTD Unnes, antara lain, Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof Rustono MHum, Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Prof YL Sukestiyarno PhD, Dekan FBS Prof Agus Nuryatin MHum, Wakil Bupati dan Wakil Ketua DPRD Aceh Tamiang, dan Direktur Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid) Paulus Pangka.
Anugerah Leprid
Dalam kesempatan itu, Leprid memberikan anugerah kepada Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Unnes yang telah menyelenggarakan HTD untuk kategori Pergelaran Tari Nusantara Terbanyak. Paulus Pangka mengatakan, pihaknya mengapresiasi Unnes yang telah menggelar peringatan HTD yang mengangkat keanekaragaman budaya Indonesia dalam bentuk tarian Nusantara baik itu tari kreasi dan tradisi.
''Kegiatan ini menampilkan 432 penari, 129 pengrawit, 60 sajian tari dari 21 provinsi dan 15 kabupaten selama 510 menit,'' ujar Paulus.
Penyaji berasal dari mahasiswa, siswa sanggar, hingga seniman. Menurut Paulus, Leprid telah mencatatkan sejumlah prestasi Unnes dalam kegiatan berkebudayaan, antara lain pergelaran wayang kulit dengan dalang gagrak Surakarta dan Yogyakarta, pergelaran tari dengan varian terbanyak yakni 171 sajian oleh 2.000 penari selama 25 jam, dan tari goyang konservasi diiringi gamelan oleh 10.573 orang.
Wakil Bupati Aceh Tamiang, Suryani mengatakan, seni tari menjadi sarana untuk menekan kemerosotan moral di tengah generasi muda. ''Salah satu cara agar generasi muda terhindar dari narkoba adalah menyalurkan bakat seni mereka. Orang tua bertanggung jawab untuk hal tersebut,'' ujar Suryani.
(Arie Widiarto /SMNetwork /CN39 )
http://www.suaramerdeka.com/news/detail/24997/Tari-Jadi-Perekat-KebhinekaanBagikan Berita Ini
0 Response to "Tari Jadi Perekat Kebhinekaan"
Post a Comment