MUNGKID, suaramerdeka.com -Lembaga nonprofit Food of Indonesia (FOI) menyayangkan kecenderungan masyarakat Indonesia, termasuk Kabupaten Magelang, yang lebih menggemari makanan cepat saji (fast food). Untuk itu, FOI mengkampanyekan perlunya masyarakat lebih banyak mengkonsumsi first food.
Pendiri FOI Hendri Utomo mengatakan semakin banyak orang tua zaman sekarang memilih beli fried chicken untuk makanan keluarga ketimbang memasak makanan sendiri di rumah. Fried chicken ini bahkan juga dikonsumsi oleh anak-anak.
Menurut Hendri Utomo fast food belum tentu memiliki kandungan gizi lebih baik ketimbang masakan sendiri. Selain itu, pengolahan fast food juga belum tentu lebih bersih. "Masyarakat lebih suka mencari kemudahan dalam mendapatkan makanan, tanpa memperhatikan kandungannya," kata Hendri Utomo usai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magelang.
Hendri Utomo mengingatkan bahwa di lingkungan sendiri ada banyak bahan makanan berkualitas yang bisa diolah menjadi makanan bergizi dan sehat. Untuk itulah, FOI menjalin kerja sama dengan Dinkes Kabupaten Magelang guna mengkampanyekan makanan sehat.
Disebutkan FOI menerjunkan 38 relawan untuk pendampingan. Sasaran mereka adalah 50 balita dan 6 ibu menyusui di empat dusun di Desa Mungkid, yakni Mungkid 2, Sanggrahan, Sirat dan Ngentak.
Relawan tersebut membekali para ibu balita tersebut tentang peningkatan gizi keluarga terutama untuk anak balitanya. Pendampingan dilakukan 3-5 kali seminggu. Mereka dilatih tentang pengolahan bahan dari lingkungan sekitar agar menjadi makanan yang bergizi untuk keluarga. MIsalnya, menanam sayuran kemudian melatih cara memasaknya.
Perkembangan sasaran juga dipantau. Dalam setiap pertemuan, dilakukan penimbangan berat badan serta pengenalan perilaku sadar gizi. "Kami tidak hanya memberikan makanan tetapi juga mengedukasi dan meningkatkan kesadaran sehingga ada pergerakan sosial masyarakat menuju sadar gizi," tambah Hendri Utomo.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Magelang Hendarto menyebutkan di wilayahnya terdapat 18 anak gizi buruk. Jumlah ini turun dari angka tahun lalu yang sejumlah 30 anak. Upaya penanganan terus dilakukan hingga melibatkan dokter anak.
Adapun untuk upaya peningkatan gizi masyarakat, saat ini setiap desa telah memiliki kader gizi dan kades posyandu yang memastikan pemberian gizi yang baik untuk keluarga. "Kasus gizi buruk yang masih terjadi kebanyakan dipengaruhi kondisi anak seperti menderita penyakit yang membuat kesehatan anak terus menurun," jelasnya.
Menurut Hendarto dengan kerja sama ini, FOI dan Dinkes akan mendorong upaya penanganan gizi buruk dan peningkatan gizi keluarga menjadi lebih terfokus. "Kerja sama ini lebih mendasar karena bukan hanya penyediaan makanan bergizi tetapi juga penyediaan bahan dan cara pengolahannya," kata dia.
(MH Habib Shaleh /SMNetwork /CN34 )
http://www.suaramerdeka.com/news/detail/22026/FOI-Sesalkan-Masyarakat-Lebih-Sukai-Makanan-Cepat-SajiBagikan Berita Ini
0 Response to "FOI Sesalkan Masyarakat Lebih Sukai Makanan Cepat Saji"
Post a Comment