SEMARANG, suaramerdeka.com- Semar merupakan salah satu tokoh Punakawan dalam dunia pewayangan. Cerita Punakawan hanya dapat ditemui dalam cerita pewayangan di Indonesia. Punakawan digambarkan sebagai abdi atau pengikut biasa dalam tokoh-tokoh utama pewayangan. Selain pencair suasana, mereka juga merupakan penasihat bagi majikan mereka. Tidak hanya itu, mereka pun sebenarnya memiliki kedigdayaan di atas rata-rata.
Sebuah gerobak mengusung tokoh wayang Semar berukuran raksasa, tampak diarak keliling Simpanglima, Minggu (22/4). Di belakang mereka, terlihat rombongan orang berpakaian adat Jawa turut mengikuti langkah gerobak tersebut didorong. Tidak hanya itu, peralatan musik kemanak yang juga menyertai, selalu ditabuh selama prosesi itu berlangsung. Sebanyak dua putaran, gerobak itu mengelilingi kawasan pusat Kota Semarang tersebut.
Orang-orang yang hadir di Simpanglima kemudian baru menyadari jika rombongan arak-arakan itu ternyata merupakan Kirab Semar. Dilakukan dalam rangka menyemarakkan rangkaian kegiatan lomba nyungging wayang, fashion busana wayang, dan pedalangan oleh anak-anak. Khusus acara pedalangan dilangsungkan 22-25 April.
Penyelenggara Kirab Semar berasal dari Perkumpulan Seni Budaya dan Gedung Cagar Budaya Semarang atau lebih dikenal dengan Sobokartti. Mereka turut mengundang Komunitas Budaya Sanggar Wayang Gogon dari Solo. Untuk lomba, digelar bekerja sama dengan Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian (Diskominfo) Kota Semarang. Kegiatan dilaksanakan dalam rangka menyongsong Hari Jadi Kota Semarang ke-471.
''Lomba-lomba ini menyasar anak-anak dan remaja. Dimaksudkan agar mereka tidak lupa dengan salah satu budaya bangsa ini. Nguri-uri budaya itu tidak hanya sekedar slogan tetapi harus dengan kegiatan,'' ujar Ketua Penyelenggara Acara, Arif Setiawan, di sela-sela acara.
Menurut Arif, menyungging atau mewarnai wayang dikhususkan bagi anak-anak SD digelar di kawasan Simpanglima, diikuti 850 peserta lebih. Sementara acara pedalangan diikuti 48 peserta, kategori anak-anak, remaja, dan umum. ''Untuk lomba fashion berbusana wayang diikuti anak usia PAUD. Lomba digelar di gedung Sobokartti, tanggal 2 Mei nanti,'' kata dia.
Kirab Semar, lanjut Arif, memang dilaksanakan karena dianggap identik dengan Kota Semarang. Ironisnya, Kota Semarang selama ini belum pernah mengadakan rangkaian kegiatan kirab. Komunitas Budaya Sanggar Wayang Gogon Padahal, Kota/Kabupaten lain sudah menggelar kegiatan seperti ini.
''Kami tengah mengupayakan agar kegiatan ini dapat berlangsung setiap tahunnya. Jumlah peserta dalang masih sama dengan tahun lalu. Ini karena banyak diantara pedalang cilik yang masih dalam tahap belajar dan belum berani tampil. Malam harinya, akan ada penampilan kolaborasi wayang Solo dan Semarang. Pedalang dari Gogon dan Sobokartti,'' ujar Arif.
Ketua Komunitas Budaya Sanggar Wayang Gogon, Margono Prasetyo, mengungkapkan, wayang Semar raksasa itu setinggi 5,8 meter disangga kayu. Wayangnya terbuat dari kulit kerbau. Menurut Margono, pembuatannya menghabiskan 11 kerbau. ''Semar merupakan tokoh pamong yang mampu memimpin dan mengayomi seluruh pihak. Melalui Kirab Semar, diharapkan para pemimpin di pemerintahan mampu ngemong rakyat mereka,'' kata dia.
'Wayang Semar raksasa ini dibuat sejak 2012. Setahun kemudian, Kirab Semar ditampilkan pertama kali di Jakarta. Setelah itu ia bersama rombongan berkeliling ke seluruh Pulau Jawa. Misinya dalam rangka membangkitkan budaya-budaya nusantara. ''Kirab Semar ini mengelilingi Simpanglima sebanyak dua putaran. Memiliki makna, jika segala sesuatu di dunia diciptakan berpasang-pasangan,'' terang dia.
(Muhammad Arif Prayoga /SMNetwork /CN40 )
http://www.suaramerdeka.com/news/detail/24116/Kirab-Semar-Semarakkan-Lomba-Nyungging-WayangBagikan Berita Ini
0 Response to "Kirab Semar Semarakkan Lomba Nyungging Wayang"
Post a Comment