Search

Dorong Solo Jadi Tujuan Bukan Transit

SOLO, suaramerdeka.com- Pemkot Solo didorong menyiapkan strategi yang matang menyambut pembukaan tol Trans Jawa ruas Solo-Semarang dan Solo-Ngawi. Kota Solo dengan segudang potensi dari semua sektor hendaknya menjadi kota tujuan utama bukan sekadar kota transit.

Ketua Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indonesia (PHRI) Surakarta Abdullah Soewarno mengingatkan Kota Solo dan sekitar jangan hanya jadi tempat transit jika tol Solo-Ngawi atau Solo-Semarang nanti dibuka. Kota Solo harus menjadi tujuan, khususnya para wisatawan.

"Di Solo tersedia lebih dari 8.000 kamar hotel, banyak convention hall yang bisa digunakan untuk kegiatan MICE, tersedia banyak kuliner, serta bisa berwisata ke mana saja," kata Soewarno dalam Forum Bisnis Pasca Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi "Mengelaborasi Pengembangan Bisnis Paska Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi" di Novotel Solo, Selasa (10/4).

Selain keynote speaker Wali Kota Hadi Rudyatmo, hadir sebagai narasumber David Wijayatno (Direktur PT Jasamarga Solo Ngawi), Ahyani (Kepala Bappeda Kota Surakarta), Dr Eng Syafi'i, dan Dr Mulyanto (Dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS), serta Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Solo, M Taufik Amrozy.

Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Ahyani mengatakan Solo membidik Borobudur untuk bisa dijual sebagai potensi wisata. Dilihat dari jalurnya, dengan rute Solo, Selo, Borobudur akan menjadi alternatif dan mempunyai ikon untuk menggaet orang datang ke Solo.

Bidikan lainnya yang bisa dilirik untuk pengembangan Kota Solo adalah promosi Sangiran. Bagaimana pun, kata dia, Sangiran menjadi satu-satunya museum sejarah yang diakui oleh UNESCO. ”Maka dari itu kami berencana untuk mengubah perda rencana tata ruang wilayah. Tujuannya agar pemerataan di Kota Solo,” jelasnya.

Enam Pintu

Sementara itu, Direktur PT Jasa Marga Solo Ngawi (JSN) David Wijaya mengatakan rencananya di tol Solo-Ngawi dipersiapkan enam pintu. Di Solo ada dua, yakni di pintu Klodran dan Gondangrejo, Karanganyar satu pintu di Kebakkramat, Sragen dua pintu, di Pungkruk dan Sambung Macan, dan Ngawi satu pintu yang telah beroperasi.

"Saat ini yang belum selesai hanya pintu di Sambung Macan. Pintu itu usulan tambahan yang saat ini masih dalam pematangan desain lokasi,” jelasnya.

Sedangkan untuk rest area, kata David, PT JSN menyediakan delapan rest area di sepanjang tol Solo-Ngawi. Rest area tipe A di Masaran yakni di kilometer 26. Pada rest area tipe A ini akan menampung 100 kendaraan, fasilitas SPBU dan masjid.

Sedang untuk rest area tipe B disediakan di kilometer 45 yakni di Padaplang, kilometer 82 atau tepatnya di Ngawi. Pada rest area tipe B, fasilitas yang akan tersedia adalah lahan parkir untuk 25 kendaraan, musala, dan warung kecil.

Rencananya untuk pengoperasian jalan tol dilaksanakan pada akhir April tahun ini. Pekan depan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU Pera) dan Dirjen Perhubungan Darat akan melakukan uji layak fungsi.

”Sebenarnya butuh 1,5 bulan lagi untuk menyelesaikan enam titik overpass. Sebab perlu pembebasan lahan yang melibatkan instansi lain, seperti BPN,” jelasnya.

Terkait tarif, kata dia, hingga saat ini pemerintah belum menentukan berapa tarif pada tol Solo-Ngawi.

Pemerintah masih mengkaji penurunan tarif setelah diresmikannya tol Ngawi-Wilangan. ”Kemungkinan dari lima golongan disederhanakan menjadi tiga golongan tarif. Intuk realisasi, kami menunggu pemerintah,” ucap dia.

(Langgeng Widodo /SMNetwork /CN40 )

Let's block ads! (Why?)

http://www.suaramerdeka.com/news/detail/22712/Dorong-Solo-Jadi-Tujuan-Bukan-Transit

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Dorong Solo Jadi Tujuan Bukan Transit"

Post a Comment


Powered by Blogger.