Search

Warga Semarang Timur Terpaksa Beli Air Keliling

SEMARANG, suaramerdeka.com- Berkurangnya suplai air dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kudu PDAM Tirta Moedal, membuat warga di Semarang bagian timur kesulitan air bersih. Warga harus bergilirian untuk mendapatkan suplai air. Saat mendapat giliran, air justru keruh dan berbau. 

Nuriyah (55), warga Margorejo Barat, Kemijen, Semarang Timur mengatakan, meski sudah diberi penyaring dari pakaian bekas, air tetap keruh daan berbau. Dirinya pun terpaksa membeli air bersih dari sumber artesis yang dijual keliling, ke rumah-rumah warga. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia harus membeli air sebanyak enam jerigen setiap harinya. Satu jerigen berisi 25 liter seharga Rp 2 ribu. Air tersebut dipakai untuk mandi dan mencuci bagi tiga orang di keluarga Nuriyah. Untuk memasak, dia lebih memilih menggunakan air galon.

''Kalau pagi sampai sore, air PDAM masih mati, sedangkan malam hari aliran airnya kecil. Kami menyiasatinya dengan cara menampung air saat malam hari dengan ember besar. Setelah kotoran mengendap, pagi harinya air dipindahkan ke bak mandi dengan ember kecil,'' kata dia.

Kasi Trantib Kelurahan Kemijen, Sakirman (55) mengatakan, kesulitan air bersih di tempatnya memang terjadi secara merata di setiap rumah warga. Bahkan di malam hari, air masih mengalir kecil. ''Mungkin karena warga menghidupkan air secara bersamaan saat malam hari, jadi aliran airnya kecil. Kebutuhan air bagi masyarakat di malam hari banyak. Khususnya bagi mereka yang bekerja sesuai jam kantor,'' ujar Sakirman. 
Sementara itu, Saroso (53), warga Perumahan Korpri di Sambirejo, Gayamsari mengaku, selama tiga hari kemarin air tidak mengalir. Cadangan dari air sumur untuk mandi, cuci dengan cara dialirkan dengan pompa. Pihaknya juga telah membuat cadangan air di tiga ember. Untuk masak, beli air yang diantar dengan dirigen. 

''Ambil dari sumur tidak banya, hanya dua dirigen setiap harinya. Air sama sekali tidak mengalir. Padahal biasanya air mengalir deras saat malam hari dan kondisi air tidak keruh,'' ungkapnya.

Alami Penurunan 

Angga Richayasa (26), Jalan Gajah, Pandean Lamper mengatakan, biasanya memakai air PDAM hanya untuk masak. Sedangkan air dari sumur bor untuk mandi dan cuci. Kalau pagi lebih mengalir kencang daripada malam hari. ''Tapi, sudah beberapa hari air PDAM tidak mengalir. Bahkan tetangga ada yang minta air ke tempat saya,'' tambahnya.

Dari data PDAM Tirta Moedal, IPA Kudu yang dibangun 2001 lalu, menghasilkan air bersih sebanyak 911,85 liter/detik. Mengairi sekitar 49 ribu pelanggan di Semarang wilayah timur. IPA tersebut mengambil sumber air dari Waduk Klambu, Kabupaten Grobogan. 

Ps Dirut PDAM Tirta Moedal, M Farchan mengatakan, suplai IPA Kudu mengalami penurunan. Bila biasanya memproduksi 911,85 liter/detik, kini berkurang menjadi 500-600 liter/detik. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan elevasi air di Bendung Klambu, Grobogan yang menjadi sumber air baku IPA Kudu. 

Dia menjelaskan, penurunan elevasi air di Bendung Klambu dikarenakan sedang adanya pembuatan saluran pengelak untuk pemasangan U-ditch (Saluran dari beton bertulang dengan bentuk penampang huruf U) di beberapa segmen. 

Penurunan juga dikarenakan PLTA Kedungombo mengalami permasalahan di sistem Automatic Vollage Regulator (AVR) atau sistem agar tegangan generator tetap konstan. Karenanya, saat ini hanya bisa dioperasikan lewat Holloe Jet Valve (HJV), atau secara manual. Pemanfaatan air untuk irigasi juga meningkat, karena masuk musim tanam ke-2. 

''Karena pasokan air berkurang, produksi air bersih pun berkurang. Mulai 18 April, kami harus memberlakukan sistem giliran untuk distribusi air,'' tambahnya. 

(Hendra Setiawan /SMNetwork /CN40 )

Let's block ads! (Why?)

http://www.suaramerdeka.com/news/detail/23801/Warga-Semarang-Timur-Terpaksa-Beli-Air-Keliling

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Warga Semarang Timur Terpaksa Beli Air Keliling"

Post a Comment


Powered by Blogger.