KARANGANYAR, suaramerdeka.com- Alfarro Muhammad Zakqi, bocah berusia 3,5 tahun yang didiagnosis mengidap penyakit Epidermolysis bullosa, membutuhkan penanganan dan pengobatan serius. Salah satunya berupa suntik sel, namun biaya pengobatan itu mahal dan tidak ditanggung BPJS.
Orang tua Zakqi mengungkapkan itu, kemarin, saat mendapat kunjungan dari sejumlah pegiat komunitas di Karanganyar. ‘’Beberapa waktu lalu, Zaki diminta untuk disuntik sel lagi. Tapi yang kemarin tidak gratis. Biaya sekali suntik Rp 10 juta. Kalau segitu, kami tidak mampu,’’ tutur Sutarmi, ibunda Zakqi.
Sejumlah pegiat komunitas di Karanganyar dan dari Polres Karanganyar, Selasa (21/3), mengunjungi anak kedua pasangan Agus Suparno dan Sutarmi di rumah Dusun Karang RT 2 RW 15 Desa Kaliboto, Kecamatan Mojogedang.
Selain memberi support pada Agus yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan dan Sutarmi yang bekerja sebagai karyawan pabrik, mereka juga menyampaikan donasi untuk membantu meringankan pengobatan Zaki.
Zaki mengidap penyakit langka itu sejak lahir. Akibat penyakit itu, muncul gatal-gatal di sekujur tubuh Zaki, yang terkadang melepuh dan berair.
Meski masih beraktivitas laiknya bocah seusianya, namun saat gatal di telapak kakinya melepuh, anak kedua dari tiga bersaudara itu maunya terus digendong, karena merasakan sakit saat kakinya menapak tanah.
Sutarmi menuturkan, waktu anak keduanya lahir, di bagian kaki ada kulit yang mengelupas dan daging di tumitnya sedikit hilang. Selang sehari setelah lahir, di badannya muncul lepuhan-lepuhan. ‘’Dokter saat itu bilang, itu karena kulit Zaki sensitif,’’ tuturnya.
Rawat Jalan
Seiring waktu, kondisi itu terus berlangsung. Zaki kemudian diperiksakan ke dokter spesialis kulit di RSUD Karanganyar. Dokter memperkirakan, bocah itu mengidap Epidermolysis bullosa
Epidermolysis bullosa adalah sekelompok penyakit jaringan ikat warisan yang menyebabkan lecet pada kulit dan membran mukosa. Di Amerika Serikat, kejadiannya adalah 20 bayi baru lahir per 1 juta lahir.
Zaki juga sempat dirujuk ke RS Dr Moewardi Solo, untuk pemeriksaan dan menjalani rawat jalan. Bahkan, dia pernah disuntik sel untuk penyembuhannya.
‘’Suntiknya beberapa bulan lalu. Tapi masih sama saja. Waktu itu suntiknya gratis. Pernah juga diupayakan pengobatan alternatif di sinshe. Namun sinshe nya belum berani menangani, kalau usianya belum delapan tahun,’’ tuturnya.
Dengan kondisi seperti itu, Zaki harus rutin kontrol ke dokter setiap pekan untuk pengobatannya. Untuk biaya pemeriksaan, Zaki ditanggung BPJS Kesehatan kelas III, di mana orang tuanya mengikuti program tersebut secara mandiri.
Karena sakit yang dialaminya, berat badan Zaki hanya sekitar 10 kg, dari berat badan normal anak seusianya yang idealnya 14 kg. ‘’Sebenarnya, kalau makan ya biasa. Tidak ada pantangan. Aktivitasnya ya biasa. Kalau mandi ya biasa. Mau jalan, bermain, tapi tidak mau di luar rumah. Mungkin karena sakitnya itu, berat badannya jadi tidak ideal,’’ katanya.
Yurike Herdanti dari Yayasan Lentera Shodaqoh Sabilillah (LSS) yang kemarin ikut ke rumah Zaki bersama sejumlah pegiat komunitas berharap, agar sakit yang dialami bocah itu segera sembuh.
‘’Orang tuanya juga tetap semangat dalam usaha mengobati anaknya. Kami juga berharap, ada bantuan ari pemerintah untuk warga yang membutuhkan bantuan berkesinambungan,’’ tuturnya.
(Irfan Salafudin /SMNetwork /CN40 )
http://www.suaramerdeka.com/news/detail/20306/Diminta-Suntik-Sel-Rp-10-Juta-Orang-Tua-Tidak-MampuBagikan Berita Ini
0 Response to "Diminta Suntik Sel Rp 10 Juta, Orang Tua Tidak Mampu"
Post a Comment