KOMODITASkopi saat ini terus bergeliat. Hal ini terjadi lantaran harga jual kopi semakin ke sini semakin menguntungkan dibandung komoditas lain. Potensi itu rupanya kini tegah digarap Pemerintah Kelurahan Wonoroto Kecamatan Watumalang, Wonosobo. Mereka menilai, komoditas kopi lokal Wonoroto dahulu pernah mengalami kejayaan, namun karena harga jual sangat anjlok, banyak petani membabat perkebunan kopinya dengan mengganti tanaman salak.
Lurah Wonoroto Marsudiyono mengaku telah melakukan pilot project penanaman kopi sebanyak 10.000 di tanah bengkok kelurahan yang kurang produktif. Jika percontohan tersebut lancar dan sukses, pihaknya meyakini lima tahun mendatang tanaman kopi jenis arabika tersebut bisa dipanen maksimal.
"Langkah ini kami lakukan karena harga salak petani juga kerap mengalami anjlok di petani. Inovasi produk salah sudah dilakukan, tetapi terobosan lain juga kami lakukan," aku dia.
Jika melihat harga kopi saat ini dikisaran Rp 12.000 per kilogram. Pihaknya optimistis, ke depan harganya akan terus naik. Pihaknya mengestimasi, setelah tanaman kopi berusia lima tahun, panen akan maksimal. Dalam satu hektare ditargetkan bisa memanen sekitar 5 ton.
"Untuk saat ini lahan percontohan dilakukan di lahan seluas 10 hektare. Kami optimis hasil per sekali panen bisa mencapai 50 ton, setelah usia tanaman kopi lebih dari lima tahun," beber dia.harapnya.
Bukan tanpa alasan pemerintah kelurahan mendayagunakan lahan bengkok kurang produktif untuk penanaman kopi, karena beberapa tahun silam, kopi di Wonoroto cukup melimpah. Ditambah kondisi alam sangat mendukung.
"Dulu memang kopi sini pernah jaya, namun saat ini sudah sangat sedikit. Kami terus berupaya menggelorakan penanaman kopi ini, karena nilai jualnya terus mengalami tren positif," terang pria berkumis tebal tersebut.
Sistem kerjasama yang dilakukan, Pemerintah Kelurahan Wonoroto menyediakan lahan bengkok 10 hektare, 10.000 bibit kopi jenis arabika dan 10 ton pupuk. Pengelolaan bibit kopi dipasrahkan seutuhnya kepada para petani penggarap, dengan mengembangkan sistem pertanian tumpang sari.
"Petani penggarap bisa menanam tanaman palawija di sekitar bibit kopi dan hasilnya bisa mereka nikmati sendiri. Sementara kami menitipkan bibit kopi agar dirawat dan dijaga hingga besar," terangnya.
Artinya, program pemberdayaan masyarakat tetap dikedepankan, demi meningkatkan kesejahteraan para petani sekitar. Melalui penanaman kopi, pihaknya juga berupaya melakukan penghijauan lahan agar dampak kerusakan lingkungan tidak semakin parah. Hal itu mengingat, kondisi geografis wilayah Wonoroto yang berbukit dan lembah, memiliki potensi terjadinya tanah bergerak atau longsor.
"Dengan penghijauan berbagai kemungkinan kerusakan lingkungan bisa diantisipasi," ujar dia
Kondisi saat ini, pihaknya juga terus berupaya maksimal mengembangkan potensi pertanian lain di Wonoroto. Seperti halnya nanas super, salak, pisang, sayur mayur dan berbagai komoditas pertanian lain. Pertanian nanas di wilayah Kelurahan Wonoroto juga memiliki daya saing dan cukup menjanjikan.
"Harga nanas super bisa dihargai sekitar Rp 50.000 per buah. Kami juga berupaya melakukan terobosan dengan penanaman di pot di depan kelurahan," akunya.
Terkait pengembangan komoditas salak, pihaknya telah memberikan pelatihan kepada warga maupun petani untuk mengolah hasil salak menjadi produk olahan lain. Saat ini sudah ada sirup salak, kopi biji salak, sate salak. Diversifikasi produk salak menjadi sebuah surip dan sate juga mendapat sambutan positif Sekretaris TP PKK Jawa Tengah Rina Tamsil saat melakukan kunjungan dan penilaian ke Balai Kelurahan Wonoroto, baru-baru ini.
(M Abdul Rohman /SMNetwork /CN38 )
http://www.suaramerdeka.com/news/detail/20145/Kelurahan-Wonoroto-Kembangkan-Potensi-KopiBagikan Berita Ini
0 Response to "Kelurahan Wonoroto Kembangkan Potensi Kopi"
Post a Comment