Search

Pengamat Beri Warning Defisit Neraca Perdagangan

JAKARTA, suaramerdeka.com -Setelah menikmati surplus sejak tahun 2015, neraca perdagangan Indonesia dalam tiga bulan terakhir kembali jatuh defisit. Tercatat, defisit pada bulan Februari 2018 sebesar 0,12 Miliar dolar AS.

Maka, total defisit dalam tiga bulan sejak Desember 2017 menjadi 1,1 Miliar dolar AS. Defisit perdagangan selama tiga bulan berturut-turut ini adalah yang pertama kali terjadi sejak tahun 2014. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai kondisi ini patut mendapatkan perhatian serius pemerintah setidaknya karena tiga alasan berikut.

"Pertama, net ekspor yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi selama 2017 dengan pertumbuhan 21%, berpotensi memberikan sumbangan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini. Artinya, upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun ini menjadi semakin sukar," ujarnya di Jakarta, Jumat (16/3).

Kedua, tambahnya, defisit perdagangan akan semakin mendorong pelebaran defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang menjadi salah satu faktor pendorong pelemahan nilai tukar Rupiah, selain faktor eksternal seperti penaikan suku bunga acuan the Fed di AS.

Ketiga, ujar Faisal, belum ada peningkatan kinerja industri manufaktur secara berarti, terutama industri yang berorientasi ekspor. 
ndonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas. 

Faisal memandang defisit perdagangan dalam tiga bulan terakhir setidaknya didorong oleh dua faktor, yakni pelebaran defisit migas dan penyempitan surplus nonmigas. 

"Pelebaran defisit migas terjadi akibat peningkatan impor migas yang didorong oleh kenaikan harga minyak dunia. Pelebaran defisit migas sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Februari 2016, sejalan dengan harga minyak yang mulai bergerak naik dari 30 dolar AS per barel pada Januari 2016 menjadi  64 dolar AS barel pada Februari 2018, bahkan sempat menyentuh di atas 70 dolar AS per barel pada Januari lalu. Akibatnya, defisit migas yang pada Februari 2016 hanya 10 juta dolar AS meningkat menjadi 870 juta dolar AS pada Februari 2018, atau meningkat 8600%," papar Faisal.

Sementara itu, di sisi non-migas, ekspor manufaktur yang sejak Januari 2016 mengalami tren kenaikan, dalam tiga bulan terakhir mengalami kontraksi sebesar 11%, dari 11,5 miliar dolar AS pada November 2017 menjadi 10,3 miliar dolar AS pada Februari 2018.

Ekspor tambang yang mengalami peningkatan sejak paruh kedua 2016, dalam dua bulan terakhir juga ikut terkoreksi 15,3?ri 2,7 miliar dolar AS pada Desember 2017 menjadi 2,3 miliar dolar AS pada Februari 2018. Bahkan, ekspor pertanian mengalami penurunan yang lebih tajam sebesar 25,6?lam tiga bulan terakhir.

Dia menambahkan ketika ekspor manufaktur tumbuh lemah 12?lam setahun terakhir (Maret 2017 – Februari 2018), impor tumbuh lebih cepat sebesar 18,7% pada periode yang sama. Bahkan, dalam tiga bulan terakhir pertumbuhan impor mencapai 23,7%. 

"Memang, peningkatan impor ini sebagian besar, 75% didorong oleh belanja bahan baku dan bahan penolong, yang merupakan indikasi terjadinya peningkatan aktivitas industri manufaktur di dalam negeri. Sayangnya, hal ini juga menunjukkan tingginya tingkat ketergantungan industri domestik terhadap bahan baku impor," cetusnya.

Faisal mengingatkan meski dalam beberapa bulan ke depan ada potensi untuk kembali surplus, struktur neraca perdagangan masih sangat rentan mengalami defisit karena masih lemahnya peran ekspor manufaktur. 

Karena itu, Faisal menegaskan kondisi tersebut merupakan peringatan bagi pemerintah untuk segera menempatkan upaya peningkatan daya saing industri manufaktur secara komprehensif sebagai agenda utama ke depan. "Bukan sekedar untuk memperkuat neraca perdagangan, tetapi juga untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi," tegasnya. 

(Kartika Runiasari /SMNetwork /CN41 )

Let's block ads! (Why?)

http://www.suaramerdeka.com/news/detail/19663/Pengamat-Beri-Warning-Defisit-Neraca-Perdagangan

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Pengamat Beri Warning Defisit Neraca Perdagangan"

Post a Comment


Powered by Blogger.